Siap Pertahankan WTP, Lapas Yogyakarta Ikuti Pra Rekonsiliasi Data Laporan Keuangan
Zaenal Arifin Dalam Puisi

Sebuah pertunjukan “Puisi Kelompok” di gelar dalam acara Serah Terima Jabatan Kepala Lapas Wirogunan pada hari Rabu (01/06/2016). Tampil di awal adalah Puji, seorang WBP wanita dengan tenang mengucapkan, “Sang Zaenal, Dalam Sebuah Puisi.” Lalu berdiri diam mematung diiringi alunan musik lembut.
Tiba-tiba dari pojok kanan aula terdengar suara kencang Ambar seorang pegawai Lapas Wirogunan tanpa menggunakan pengeras,
“Sang Zaenal yang saya kenal
Sosok yang tekun, tenang dan penyabar
Serius berfikir namun rileks berpembawaan
Dalam kepemimpinannya
Wirogunan terasa ayem tentrem
Tumbuh subur suasana nyedulur
Tetapi kerja tetap teratur dan terukur”
Satu bait puisi tersebut dibalas oleh Tri Ari Astuti yang sehari-hari menjabat Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang duduk diantara para undangan dengan satu bait yang lain,
“Meskipun harus terus berlari
Mengikuti gerak reformasi birokrasi
Kami tak pernah merasa berat hati
Sebab Sang Zaenal selalu hadir
Memimpin memecahkan persoalan
Dan sigap mengambil keputusan
Dengan kepala dingin tanpa ketegangan
Beliau begitu memahami
Kekurangan dan kelebihan kami”
Puji yang sedari tadi mematung mulai menuturkan tentang sosok Zaenal Arifin di mata WBP setelah Tri Ari menghentikan puisinya,
“Para warga binaan diayomi
Semua hak kami dipenuhi
Dan suara kami selalu didengar
Ruang untuk mengembangkan diri disediakan seluas-luasnya
Beliau bagai Bapak kami sendiri
Merawat dan menjaga sepenuh hati”
Jati Suryono sang penggagas puisi kelompok dengan apik dan percaya diri juga menyusul mengucapkan satu bait puisi “Sang Zaenal”,
Pelukis dan penyair adalah kerabat
Wartawan dan awak media adalah sahabat
Pengusaha, birokrat dan masyarakat
Digandeng untuk ikut terlibat
Lapas dan dunia luar sekolah tanpa sekat
Membangun Lapas Jogja bernafas budaya
Adalah gagasan dan cita-citanya
Setelah satu persatu membacakan kembali sebait puisi,keempatnya berkumpul di depan para undangan dan menutup puisi dengan berbicara secara bersamaan, “Selamat jalan Sang Zaenal, semoga selalu sehat dan berbahagia.”
Mereka yang berada di aula pun bertepuk tangan menyaksikan puisi kelompok yang memang jarang mereka lihat dalam acara seperti ini, termasuk Zaenal Arifin yang menunjukan keharuan atas persembahan puisi yang diperuntukan untuknya.
Ambar Kusuma