Siap Pertahankan WTP, Lapas Yogyakarta Ikuti Pra Rekonsiliasi Data Laporan Keuangan
Tiga Sastrawan Yogyakarta Tantang Napi Wirogunan

Tiga sastrawan Yogyakarta terdiri dari Iman Budi Santoso, Ons Untoro, dan Budi mewujudkan keinginannya mengadakan workshop menulis puisi dan cerpen kepada para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Wirogunan pada hari Selasa (3/5/2016). Dihadapan mereka ada 45 Narapidana (WBP), 20 diantaranya adalah WBP perempuan. Ketiganya sangat antusias memberikan bekal kepada para WBP. Diawali oleh Iman Budi Santoso yang menjelaskan tentang Apa itu Puisi dan bagaimana cara membuatnya.
“Puisi itu bukan cerita, dalam membuatnya diawali dengan ide, dilanjutkan dengan perilaku, dan diakhiri dengan karya,” Iman Budi Santoso menjelaskan.
WBP Seno pun bertanya, “Dimana letak keindahan sastra delam bentuk puisi?”
“Keindahan puisi ada pada ide dan bahasa,” jawab Iman Budi Santoso dan terus menjelaskan dengan contoh puisi “Aku” karya “Chairil Anwar”.
Begitulah suasana workshop yang cukup komunikatif dan dihujani banyak pertanyaan, sehingga para pembicara menjadi semangat, termasuk Ons Untoro dan Budi, yang melanjutkan dengan mengajarkan para WBP apa itu Cerpen dan bagaimana membuatnya.
Zaenal Arifin, Kepala Lapas Wirogunan menyatakan, “SDM Lapas Wirogunan belum mencukupi untuk memberikan berbagai macam bentuk pembinaan, jadi kami berupaya merangkul berbagai bidang keahlian di masyarakat. Cerpen puisi bisa dijadikan media mengeluarkan uneg-uneg WBP, dan bisa berlanjut kearah yang positif.”
“WBP merupakan bibit dan para penyair yang menyirami agar bakat mereka bisa tumbuh dengan baik,” ulas Zaenal Arifin beribarat.
Selesai memberikan materi Ons Untoro menjelaskan, “Tujuan workshop adalah memberi ruang ekspresi kepada WBP dalam bentuk menulis puisi dan cerpen. Hal ini sangat memungkinkan karena napi banyak persoalan dan memiliki banyak waktu.”
“Harapan kami para narapidana dapat menulis dan tidak berhenti menulis setelah workshop, sehingga bermanfaat untuk menyampaikan kegelisahan lewat tulisan.” Budi menambahkan.
Selesai workshop, dihadapan para narapidana Budi menantang para mereka, “Pemberian materi sudah selesai, selanjutnya kalian harus membuat tulisan sebanyak 4 puisi atau satu cerpen. Boleh menulis cerpen dan puisi sekaligus.”
“Sanggup!”
“Sanggup!” Serentak para WBP menjawab
“Diberi waktu seminggu atau sebulan?” Tanya Budi menegaskan
“Sebulan Pak,” beberapa WBP perempuan menjawab
Sekonyong-konyong beberapa WBP maju kedepan dan berteriak,”Pak saya sudah bikin, Saya sudah bikin!”
“Dinilai Pak!”
Ketiga sastrawan Yogyakarta sangat senang melihat situasi ini. Ternyata diam-diam sewaktu mereka memberikan materi, para WBP mencoba membuat puisi. Iman Budi Santoso dan kedua temannya antusias bahwa para WBP dapat membuat buku kumpulan puisi dan cerpen hasil karya mereka.
Ambar Kusuma