Siap Pertahankan WTP, Lapas Yogyakarta Ikuti Pra Rekonsiliasi Data Laporan Keuangan
Siap Terbitkan Buku Lagi, Lapas Yogyakarta Pupuk Semangat Literasi Warga Binaan

Kepala Lapas Yogyakarta, Soleh Joko Sutopo, terus membangkitkan semangat literasi di kalangan WBP maupun petugas. Ia berpesan untuk terus menggali potensi diri.| Foto: Ambar/ Humas Lapas Yogyakarta
YOGYAKARTA – Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Yogyakarta kembali menerima Pelatihan Menulis untuk kali kedua pada Rabu (18/5). Sebelumnya pada pertengahan bulan lalu, para WBP telah mendapat materi kepenulisan hasil kerja sama dengan Lions Club Yogyakarta (LCY) Tugu Mataram.
Kepala Lapas Kelas IIA Yogykarta,
Soleh Joko sutopo, menyambut baik kerja sama ini. Dalam sambutannya Ia berpesan kepada WBP peserta pelatihan/workshop menulis untuk terus mengasah potensi diri, Ia berharap para WBP dapat memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.
“Menulis itu perlu dilatih, dan ide cerita dapat muncul dari diri si penulis. Sementara di Lapas Wirogunan banyak sekali hal-hal yang dapat ditulis,” Soleh memotivasi para peserta.
Sementara itu, salah satu pengurus LCY Tugu Mataram, Nurhayati Nirmalasari, menjelaskan kembali bahwa LCY Tugu Mataram merupakan lembaga nirlaba yang sering membantu kelompok masyarakat yang membutuhkan.
“Salah satunya WBP Lapas Kelas IIA Yogyakarta dengan menyelenggarakan pelatihan menulis ini, dimana para peserta dilatih untuk membuat sebuah cerpen, dan kumpulan cerita tersebut akan dibuat buku yang wajib dibeli oleh ribuan anggota Lions Club di seluruh Indonesia,” terangnya.
Kelas menulis kali ini dilaksanakan di Aula Gevangenis Van Wirogunan dipandu Coach Writer yang juga aktivis LCY Tugu Mataram, A.A.Kunto A.
Tidak jauh berbeda dari pertemuan pertama, sosok ini tetap bersikap santai dalam menjelaskan, lugas dan penuh canda, disertai contoh-contoh yang mudah dicerna para peserta.
Melanjutkan tema pelatihan pertama, yaitu ‘Berbuat Baik’, Kunto menjelaskan bahwa ini merupakan tema yang harus dibuat para peserta dalam membuat cerpen.
Kunto menegaskan bahwa tema dipilih karena memang dekat dengan manusia dan perbuatan tersebut dapat ditiru. Di sisi lain pengalaman berbuat baik bisa menjadi tulisan menarik bila dirangkai dengan kalimat-kalimat yang menggelitik pembaca.
“Berbuat baik itu bisa dilakukan dengan spontan ataupun direncanakan, juga dapat dilakukan terhadap hal yang sederhana atau juga hal yang besar dan perlu keseriusan,” jelasnya.
Selain itu, dalam penjelasannya selain runtut, terpantau juga memberikan contoh-contoh sederhana, serta jauh dari teori-teori yang membuat pusing bagi para pemula dalam membuat sebuah tulisan.
“Semisal menolong membukakan spidol adalah contoh sederhana berbuat baik yang dapat dirangkai menjadi cerita dengan memperhatikan siapa yang menolong dan yang ditolong, mengapa meminta tolong, bagaimana dia menolong, dimana dia menolong, apa yang ditolongnya, dan kenapa pula ditolong. Proses berbuat baik ini sangat mungkin untuk dijadikan cerita,” lanjut Kunto.
Pada pertemuan kedua ini, beberapa peserta telah menyelesaiakan cerpennya. Mengetahui hal ini Kunto terlihat senang karena materi yang dia berikan langsung direspon. Satu persatu cerpen karya peserta pun dibaca dan diulas bahkan dapat menjadi materi yang dikupas tuntas olehnya. Tidak ada satu pun yang dicela atau dinilai jelek.
Pelatihan menulis berakhir, para peserta mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Menutup acara tersebut, Kepala Subseksi Bimbingan Kerja dan Hasil Kerja Lapas Yogyakarta, Jati Suryono, yang juga senang menulis, menghimbau kepada seluruh peserta untuk membuat kisah ‘Berbuat Baik’ yang kelak akan dijadikan buku kumpulan cerpen para WBP. [AK]