Siap Pertahankan WTP, Lapas Yogyakarta Ikuti Pra Rekonsiliasi Data Laporan Keuangan
Pegawai Lapas Wirogunan Berpakaian Tradisional Jawa Yogyakarta


Jumat pagi (20/03) menjelang apel di halaman Lapas Wirogunan, terdapat pemandangan yang berbeda. Keadaan cukup riuh dari komentar para pegawai yang semuanya mengenakan pakaian tradisional Jawa Yogyakarta. Banyak yang diceritakan seputar pakaian yang dikenakan, dari dana yang dikeluarkan hingga ribetnya mengenakan pakaian. Tetapi semuanya terlihat senang dan semangat. Para juru potret termasuk Zaenal Arifin, Kepala Lapas Wirogunan, terus menjepret moment yang tidak biasa ini.
Pakaian adat Yogyakarta dikenakan sesuai Surat Edaran Gubernur DIY nomor 025/1177 tahun 2015 tentang Penggunaan Pakaian Tradisional Jawa Yogyakarta dalam rangka peringatan hari Berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.
Gelak tawa pun terjadi ketika apel pagi dilaksanakan. Hal ini disebabkan Jati Suryono yang menjadi Komandan Apel, dan Suyadi sebagai Pembina Apel, berusaha menggunakan bahasa Jawa. Keduanya malah kebingungan sendiri dalam menuturkan aba-aba dalam bahasa jawa. Sehingga menciptakan kata-kata yang menggelikan di dukung sikap keduanya yang menjadi lucu. Ternyata tidak hanya mengenakan pakaian yang dirasa ribet, tetapi bahasa pun semuanya mengalami kesulitan. Kusuma yang asal dari Jakarta hanya tertawa saja ketika dipaksa mengenakan bahasa Jawa.
“Wes, aku meneng wae nganti muleh!,” sahut Ambar dengan bahasa Jawa Ngukunya.
“Mau mbengi nganti pegel, ngewiru jarik.” “Trus mau isuk Aku sajam nganggok jarik.”
“Aku puas, karena bisa mengenakan pakaian adat Jawa sendiri, walo hasilnya kacau he he he….”, kata Kusuma bercerita pengalamannya mengenakan pakaian Jawa Yogyakarta.
Selesai apel pagi dan foto bersama, para petugas melaksanakan tugas seperti biasanya dengan tetap mengenakan pakaian tradisional Jawa Yogyakarta sebagai tanda ikut bahagia dengan perayaan hari jadi Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.
(AK 20032015)