Siap Pertahankan WTP, Lapas Yogyakarta Ikuti Pra Rekonsiliasi Data Laporan Keuangan
Kunjungan Mahasiswa Bogor, WBP: Alhamdulillah di Lapas ini Saya Banyak Belajar

Tiga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tengah bersiap berbagi cerita dengan para mahasiswa, dalam kunjungannya ke Lapas Yogyakarta, Selasa (13/1).

Lebih dari 200 orang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor berkunjung ke Lapas Wirogunan pada hari Selasa (13/01). Mereka berkumpul di halaman Lapas bagian dalam dan diterima oleh Ambar dari Tim Layanan Informasi dan Dokumentasi. Sebagai Pemandu, Ambar memaparkan tentang sejarah Lapas Wirogunan yang terkait dengan keberadaan penjara di jaman colonial Belanda. Selanjutnya mereka diajak meninjau kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di bengkel kerja yang memiliki beragam kegiatan kerja untuk WBP.
Kegiatan kerja WBP selesai mereka lihat, lalu para mahasiswa berkumpul di aula, dan disuguhi pertunjukan band dan vokalis Wirogunan, binaan Iwan Yujono.
Emosi mereka bercampur aduk sewaktu tiga WBP secara bergantian mendongengkan pengalaman mereka sehingga terjerat hukum dan harus dipidana di Lapas Wirogunan. Anang memaparkan kisahnya yang tidak mengerti tentang hukum, dan pada saat itu dia masih remaja berpacaran dengan wanita usia 16 tahun. Mereka pun bergaya hidup freesex, dan sebetulnya sudah putus dengan pacarnya. Tetapi lantaran perempuan itu hamil, walau oleh lai-laki lain, Anang harus meringkuk dipenjara selama empat tahun bersama tiga lelaki lain yang sempat menggagahi perempuan tersebut. Diakhir ceritanya dia berpesan kepada laki-laki dihadapannya, agar hati-hati dalam berpacaran. Jangan seperti dia, gara-gara tidak mengerti hukum malah masuk penjara.
Cerita Mpok lain lagi, WBP wanita dari Betawi ini mengisahkan dirinya sebagai kurir narkoba Internasional. Dia membawa narkoba dari Negara satu ke Negara lain dengan bayaran Rp 47 juta setiap membawa barang. Mpok juga menegaskan bahwa dia tidak pernah bawa masuk narkoba ke Indonesia. Dia menjadi marah kepada bosnya yang sengaja mengorbankan dirinya ke aparat polisi. Satu kilogram lebih heroin murni dia bawa dan tertangkap di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Akibatnya dia harus menjalankan pidana penjara selama 17 tahun. Mpok pun berpesan kepada para mahasiswa,”Jangan sekali-kali mencoba atau berurusan dengan penyalahgunaan narkoba. Di dunia mafia, anak buah biasa dikorbankan.” Tambahnya lagi,”Kaum perempuan lah yang justru banyak dijadikan kurir. Jadi hati-hati kepada perempuan, karena bujukan itu bisa juga lewat sang pacar.”
Dongeng terakhir berasal dari Wawan. Dia bersama tiga temannya merampok sebuah toko yang dia ketahui ada berangkas beirisi uang. Aksi mereka rupanya diketahui sang pemilik. Wawan dan pemilik uang pun berkelahi. Tanpa ampun dia tusukan bayonet ke tubuh si korban dan berakibat kematian. Selanjutnya satu persatu dari mereka pun tertangkap, dan Wawan dipidana penjara selama 13 tahun. Diakhir ceritanya dia mengatakan kepada mahasiswa,”Perbuatan saya ini biadab, karena nafsu harta, perbuatan keji saya lakukan. Di Lapas ini saya baru menyadari kesalahan saya.” “Kepada mahasiswa terutama yang laki-laki, jangan meniru saya yang kasar, brutal, tidak dapat menahan nafsu.” “Alhamdulillah di Lapas ini saya banyak belajar.”
Tepuk tangan mahasiswa pun begitu riuh. Mereka bersimpati terhadap tiga WBP dengan kisah mereka, dan tekad mereka untuk menjadi individu yang lebih baik. [Ambar Kusuma]